Besar, Kuat dan Pantang Menyerah Seperti Gajah

Jumat, 15 April 2016

Bersama Raya

            Hae gaess, lagi-lagi gua mau post cerpen Bersama Raya. Maaf yah kalau lama-lama kaya cerita FTV alay yang ada di SC**, abis mau gimana lagi otak gua emang masih secetek itu, belum bisa bikin yang twice kaya yang dibikin orang-orang. Tapi mudah-mudahan kalian pada menikmati cerpen pertama buatan gua ini. Buat kalian yang belum baca sebelumnya, bisa cek disini.

5.     Lagi dan Lagi

Ujian semester sebentar lagi dimulai. Murid-murid sudah mulai sibuk mengerjakan tugas yang diberikan guru dan dikumpulkan setelah ujian nanti, begitu juga aku. Aku sibuk mengerjakan tugas sejarah yang soalnya sebanyak buku LKS. Buat kamu yang tidak tau buku LKS, aku kasih tau ya, buku LKS itu Lembar Kerja Siswa. Isinya seperti buku biasa, cuma banyak banget soal yang minta dikerjakan, dan kalau bukan karena tugas pasti tidak akan dikerjakan oleh murid-murid sepertiku. Soalnya aku lebih suka membaca novel yang tebalnya hampir 200 halaman lebih, dari pada harus mengerjakan LKS yang isinya hanya 100 halaman kurang.
            Biasanya kalau mau ujian semester seperti ini, hampir semua guru masuk ke kelas untuk mengejar materi yang ketinggalan. Jadi, tidak ada waktu luang untuk mengobrol atau bermain-main. Tapi aku heran, Angel masih saja sibuk dengan Kak Hengki, lama-kelamaan aku sebal juga dengan dia. Bukan, aku bukan sirik karena Angel punya pacar sedangkan aku tidak. Yang aku sebal dia hampir mengabaikan pelajarannya.
“Angel, ngel, jangan main hp ini pelajaran Bu Rani kalau kamu main hp nanti disita loh.” Kataku berbisik saat sedang pelajaran Sosiologi.
“Sebentar rin, aku lagi berantem nih sama Kak Hengki.” Angel tetap saja ngumpet-ngumpet  memainkan handphonenya.
“Terserah kamu deh, yang penting aku udah ngingetin ya.” Aku kembali memperhatikan Bu Rani yang sedang sibuk menjelaskan materi tentang Penelitian.
            Aku melihat papan tulis, di sana sudah tercatat rapi materi tentang Penelitian yang ditulis oleh Nindi, seorang sekertaris rajin kelas kami. Bu Rani yang notabene rajin juga tidak hanya duduk di meja guru, dia menjelaskan apa yang ditulis oleh Nindi. Jadi, kita lebih paham karena belajar secara visual dan audio.
            Bu Rani berjalan ke arah mejaku, Angel yang tadinya sedang bermain handphonenya langsung pura-pura menulis.
“Angel! Mana handphone kamu?” Bu Rani berdiri di samping Angel, tangannya mengadah meminta handphonenya Angel.
“Sa.. Saya ga main hp Bu.”
“Mana? Saya perhatikan kamu sibuk dengan handphone bukannya merhatikan saya. Kamu pikir saya cuap-cuap di depan kelas itu ngapain?”
            Aku melihat Angel, mengisyaratkan untuk memberi handphonenya.
“Ini bu, maaf ya..” Angel memberikan handphonenya.
“Anak-anak, pokoknya kedepannya saya tidak mau ini terulang lagi. Saat pelajaran saya tidak ada yang main handphone lagi.” Kata Bu Rani ada penekanan dikata ‘tidak’-nya.
“Baik bu.” Jawab-anak-anak kompak.
            Tidak berapa lama, bel istirahat berbunyi. Murid-murid berhamburan keluar kelas, ada yang mengunjungi temannya dikelas lain, atau ada yang jajan untuk menghilangkan rasa lapar.
“Irin, tadi aku salah ya?” Dengan suara yang pelan Angel bertanya padaku.
“Kalau menurut ku sih iya, kalau lagi  belajar emang sebaiknya jangan main hp.”
“Abis aku lagi berantem sama Kak Hengki. Aku kesel rin, dia kok kaya ngejauh dari aku, aku tanya ada masalah apa? Tapi dia ga mau jawab.” Mata Angel sudah mulai berkaca-kaca.
“Udah ngel, tenangin diri kamu dulu. Aku pikir Kak Hengki lagi sibuk buat ngerjain tugas-tugas ujian, kan kamu tau kita sebentar lagi mau ujian.”
“Masa iya alasannya sesimpel itu?”
“Aku pikir sih gitu.”
            Saat aku sedang mengobrol dengan Angel, Nindi sekertaris paling rajin memanggil namaku, katanya ada yang nyariin. “Irin, ada yang nyariin.”
“Iya, sebentar.”  Aku berlalu ke depan kelas tempat orang itu menunggu, Kak Raya ada apa dia kekelas?
“Hai ai.” Sapanya.
“Hai ka.” Kayanya sekarang aku udah lelah bilang ke dia kalau jangan memanggil ku ‘ai’, terserah apa maunya saja. “Ada apa?” sambungku.
“Ehm, kamu tau Hengki sama Angel lagi berantem?”
“Tadi Angel baru cerita ke aku.”
“Hengki minta tolong ke aku buat ngasih ini ke Angel, tapi aku ngasih ke kamu aja ya, nanti kamu yang ngasih ini ke Angel.” Dia memberiku sepucuk surat titipan Kak Hengki.
“Kenapa ga Kak Hengki aja yang ngasih sendiri?”
“Ga tau sih aku juga.”
“Oke deh, nanti aku kasih ini ke Angel”
“Sekalian aku juga mau ngasih ini ke kamu.” Kak Raya memberikan kotak berukuran sedang.
“Apaan nih?”
“Buat kamu dari aku.”
“Apaan?”
“Nanti kamu juga tau maksud ku.” Katanya “Ya udah aku balik ke kelas dulu ya, bentar lagi masuk. Daaah..”
“Iya, makasih Kak.” Kak Ray pergi, aku melihat punggungnya yang setengah berlari meninggalkanku. Jujur, aku penasaran dengan apa yang ada di dalam kotak itu.
            Aku kembali ke meja tempat aku dan Angel duduk. Angel sekarang sudah mulai tenang, dia sedang mengobrol dengan Dewo dan Ratih.
“Siapa Rin?” Tanyanya
“Kak Raya, oh iya ada titipan buat kamu katanya dari Kak Hengki.”
“Hah? Mana rin?”
“Ini.”
Aku memberi surat itu ke Angel, wajahnya seketika langsung berubah cerah. Dia langsung membuka surat itu dan membacanya. Aku tidak ikut membacanya, biarlah itu urusannya dengan Kak Hengki, aku tidak mau ikut campur.
Aku bukannya tidak mau tau tentang hubungan Angel dan Kak Hengki, tapi aku bukan orang yang kepo kalau ada sesuatu. Aku lebih suka kalau orang cerita dengan sendirinya tanpa perlu aku kepo nanya ini itu. Karena bagiku, kalau orang cerita tanpa dipaksa dia akan menberi tau semua yang dirasakan tanpa perlu ditutupi, karena memang butuh didengar. Kalian tau kan, tujuan orang curhat itu bukan untuk meminta saran. Tapi kadang hanya untuk didengar, dan kata Angel aku pendengar yang baik. Aku yakin pasti sebentar lagi Angel akan cerita padaku.
“Irin, ternyata bener apa kata kamu.” Kata Angel dengan suara serak, matanya berkaca-kaca.
            Oh iya, sebelum aku lanjut, aku mau ngasih tau kalau Angel itu orangnya terlalu ekspresif. Jadi kadang dia suka berlebihan dalam berekspresi, jadi mungkin ini akan sedikit lebay. Kalian sabar ya bacanya!
“Kenapa ngel?”
“Kak Hengki itu lagi sibuk dengan tugasnya, jadi dia ga selalu bisa buat ngabarin aku.” Dia memelukku, menangis di bahuku yang kering.
“Ngel, ga usah nangis. Kita lagi di kelas, kamu tau kalau kamu kaya gini nanti mereka kira kalau kamu itu bentar lagi mati loh. Oh iya, baju ku jadi basah kan.” Aku berbisik di telinga Angel, dengan suara yang ku buat menakutkan.
“Airin, kamu nyebelin.” Angel melepaskan pelukannya.
“Hehehe maaf ya ngel, kamu sih terlalu berlebihan, alay dasar.”
“Biarin. Rin, berarti aku terlalu posesif ya sama Kak Hengki?”
“Ya mungkin sih gitu. Aku saranin yah, kamu biasa aja. Kalau dia kabarin kamu ya kamu bales, kalau dia ga ngabarin kamu ya udah kamu tunggu aja. Nanti dia juga ngabarin kok.”
“Masalahnya sekarang adalah, gimana dia mau ngabarin aku? Hp ku kan ada di Bu Rani.”
“Oh iya ya. Sabar ngel.”
“Iyaaaa, rin btw kok kamu sok tau ya? Kamu kan pacaran aja baru sekali, kok sok ngasih ilmu buat aku sih?”
“Hehehehe aku sotoy aja, dari anime dan novel yang sering aku ikutin jalan ceritanya ya pasti kaya gini.”
“Makasih ya rin.”
“Ga dikasih apa-apa nih?”
“Nanti aku kasih duren 2 buah.”
“Ogah!!!”
            Angel sudah kembali seperti biasanya, guru pun sudah masuk ke kelas untuk memberi pelajaran selanjutnya. Aku mengambil buku di tas, dan memasukan sebuah kotak yang tadi dikasih Kak Raya. Kira-kira isinya apa ya? Penasaran juga deh. Nanti aja deh dibukanya kalau udah ada di rumah.
--oo—
            Lagi-lagi cuaca lumayan panas, sedangkan aku harus pulang sendiri. Angel tadi izin pulang duluan, soalnya dijemput sama ayahnya dan langsung pergi ke rumah neneknya yang sakit. Sebenanrnya Dewo ingin mengantarku pulang, tapi aku tolak soalnya eskul yang dia ikuti ada kumpul.
            Tadinya aku pulang bareng sama Nindi dan Ratih, tapi mereka sudah sampai rumah duluan. Meninggalkan aku sendiri, yang rumahnya jauh banget dari depan komplek. Ada motor yang berjalan pelan di sampingku, melihatku, lalu berhenti.
“Mau bareng ga?” Ucapnya, waaaah Kak Damar ternyata, untungnyaaa...
“Maulah!” Aku langsung naik motornya. “Ayo, let’s go!”
“Semangat amat sih, ga usah teriak-teriak napa.”
            Akhirnya sampai rumah juga, batin kuberkata. Ademnyaaa rumah. Aku turun dan segera masuk rumah.
“Aku pulang buu.” Aku masuk duluan, tidak lama disusul Kak Damar. “Aku pulang.”
“Eh, anak-anak Ibu udah pada pulang. Kok bisa bareng sih?”
“Tadi aku liat dia bu jalan pelan banget di depan komplek, kasian deh udah kaya gembel kurang makan.” Ledek Kak Damar
“Heh ka, enak aja. Aku kaya gitu soalnya jalan tau! Coba kamu jalan jangan naik motor, pasti tampang mu sama seperti ku.”
“Udah, udah, tuh kalian makan gih, Ibu baru aja selesai masak.”
“Okeeee.” Jawab ku dan Kak Damar kompak.
            Selesai makan dan ganti baju, aku bilang ke Ibu mau istirahat sebentar. Aku duduk di meja belajar, mengambil kotak dari dalam tas, lalu membukanya. Isinya ada sekotak pensil untuk ujian, yang sudah digambar-gambar dan diberi tulisan. Ini buatannya Kak Raya? Bagus juga pikirku. Kali ini tidak ada sebuah surat di dalamnya, hanya ada tulisan ‘ Semangat Belajar, Ai!”.
            Aku menyimpan kotak pensil itu, menaruhnya disamping jam weker berbentuk bulat bergambar Captain Amerika yang dia berikan juga. Aku mengambil handphone di tas, mencari sebuah nama dan mengirimkan pesan.
“Terima kasih hadiahnya (lagi).”

--oo--

30

30 komentar:

  1. Terus gimana nasib hapenya si angel?
    Kasian y hapenya ketangkep sama guru
    Itu pasti pensil ajaib tuh
    Abang yakin itu pensil, pensil pintar yg khusus buat ujian
    Tapi kalo ujianny pake komputer, gimana?

    BalasHapus
  2. Semangat terus nulis cerpennya Nadiah! :))

    BalasHapus
  3. angel ini orang posesif gitu ya? sama curigaan gitu orgnya hhe. keren nih alur maju gitu. lanjutkan nad

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, posesif gitu nething lah pokoknya.
      Siap, tq di.

      Hapus
  4. Disini sih ngga terlalu kliatan benang merahnya... jadi wajib buat para pembaca untuk baca bagian2 sebelumnya... gue suka penulisannya simple dan mudah dipahami sama org awam seperti gue.. komunikatif juga sama pembaca... btw ini kunjungan pertama.. salam kenal!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha kan biar sengaja baca dari awal :p
      Wah makasih, semoga sering berkunjung dehhhh, salam kenal juga!

      Hapus
  5. Kali ini kak raya so sweet. Kalo kenarin*kenarin agak jengkelin. Hehe
    Nanti cerita selanjutnya bikin konflik yang greget donk. Biar wow gitu.. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kenarin-kenarin apaaa? Asek fans Kak Damar, mulai luluh sama Raya :p
      Siap-siap, nanti diusahan lebih waaaaahhh lagi.

      Hapus
  6. saatnya gue bilang "eciiyyyeeeee" eeh beneran itu true story kan, keliatan jelas banget penggambarang ceritanya. gue pun terbawa sama suasananya. keren banget deh, kalo ini beneran true story gue harap semoga kalian bisa bahagia berdua, eeh anggel juga semoga bahagia :D

    si kak raya punya cara sendiri buat memberi semangat sama kamu nih rin, jika selama ini dia ngeselin pool, tapi kali ini dia sweet banget deh sama kamu rin.

    jadi penasaran bagaimana cerita selanjutnya bersama raya, semoga makin sweet ajah deh :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini fiksi ya ampun, kalian mah pada ga percayaan deh -_-

      Kok aku? Bukan akuuuu, ini fiksi, hayalan, serius.. Akhirnya Kak Raya bisa dibilang sweet hehe

      Tungguin yahhh, amin :))

      Hapus
  7. emang bener sih, premisnya gak terlalu keliatan, dan dialognya kao bisa sih kurangin...gitu.

    BalasHapus
  8. Ini aku kayak belum Nemu inti ceritanya dimanaa... Apa aku ga nangkep yaa...

    Itu aku percaya banget KLO ceritanya true lho, buktinya kebawa suasana pas suruh ngerjain LKS :v

    BalasHapus
  9. Itu aku kok belum Nemu titik klimaksnya dimana yaa???

    Haha ini cerita kayak true
    Buktinya kebawa suasana :3

    Kalo bisa dialognya d bikin sebuah cerita :3 asik itu

    LKS oh LKS kebawa jaman sekolah :v

    BalasHapus
  10. Gue suka sih ini. Cuman tulisannya dirapiin aja dikit. Jarak antar paragraf. Biar keliatan keren, enak dibaca juga.

    BalasHapus
  11. Masih rada bingung gue memahaminya, mungkin butuh dirapiin lagi tulisannya, gue juga masih belajar, sama sama belajar.
    untuk idenya keren, gue juga udah baca yang sebelum-sebelumnya.

    kalo di visual angel ini mirip siapa ? maybe selena gomes haha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe iya emang ga jelas, abisnya cuma gitu doang. ga greget.
      Oke tq yaaa..
      Ga tau, masih blur, Itu kayanya kecakepan deh keknyaa.

      Hapus
  12. Angel orangnya begitu banget, ya.

    Tapi kayaknya ini emang beneran curhat kayaknya sih, bukan cerpen. Gue agak nyatu gitu sama cerpen ini. Bukan nyatu pengen bergabung jadi Power Rangers, ya.

    Saran nih, dikasih spasi atau jeda gitu di tiap dialog nya. Soalnya kalo terlalu deket gitu rada bingung, lagi baca bagian mana. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau mau gabung, nanti kamu warna pink ya :p

      Okeeee, makasih sarannyaaaa..

      Hapus
  13. jadi.. si raya ini memang tokoh yang selalu baik ya. seperti halnya damar.
    hahaha, kasihan si angel ketahuan guru gitu. kalau emang dia ekspresif banget, ekspresinya pasti kacau abis dah di scene pengambilan hp itu.

    BalasHapus
  14. So far yang paling menarik karakter si Raya nih, kayaknya dia tulus sayang sama Irin. Btw panggilan 'Ai' jadi teringat sama serial Stereo di Net. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wahhh ada yang sadar juga nihh, aku emang terinspirasi dari situ.. kereeen

      Hapus
  15. Wah dari cerita kamu ini keliatan emang kalo Angel lebay, ya. PAdahal kan cuma nggak ngabarin bentar. Ah tapi konflik ini cocok untuk karakter umur SMA. Soalnya masih labil dan ya... lebay hehe.

    Nasib HPnya Angel emang gantung. Kelanjutannya, apa HPnya diambil? Atau gimana? Nanti Hengki yang ngambek nggak kalo pas ngabarin tapi Angelnya nggak ngasih kabar balik?

    Raya sweet ya sambil menyelam minum air. Ngasihin titipan surat sekaligus ngasih hadiah untuk Airin :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oh iya ya aku ga bikin kelanjutan dari hp Angel :D Kayanya Kak Hengki ga sampe marah juga deh wkwk
      Iya dong Kak Raya terbaique.

      Hapus

Jangan lupa komentarnya ya, pembaca yang baik itu yang meninggalkan jejak loh. Nanti aku anggep yang ga ninggalin jejak ngefans sama aku, mau?