Bersama Raya

Lanjutan dari Cerpen Bersama Raya, yang belum baca silahkan baca dulu disini. Selamat membaca!

3.    Hadiah Perkenalan

Ketika malam, saat aku sedang belajar, handphone ku berbunyi. Ku kira itu Dewo, soalnya dia sering banget nelpon hanya untuk menanyakan PR. Padahal aku tau, kalau dia melakukan itu hanya untuk sekedar modus padaku, aku tau ini karena Angel bilang Dewo suka pada ku. Tapi, maaf Dewo rasa mu bertepuk sebelah tangan.

“Hai” Sapanya duluan

“Ada apa wo? Nanya PR lagi? Besok ga ada PR tapi ulangan matematika bab 3.” Jawabku tanpa memberi waktu untuknya berbicara

“Wo siapa? Pacar kamu ya? Jadi aku kalah cepet?” Rentetan pertanyaan itu membuat ku terkejut, jadi ini bukan Dewo lalu siapa?

“Ini siapa? Bukan dewo?”

“Ini aku Raya.”

“Kak Raya? Ngapain telpon aku?”

“Ga pa pa, aku pengen aja ngobrol sama kamu. Aku ganggu ya?”

“Dapet nomer aku dari siapa?”

“Ga penting dari siapa” jawabnya asal “Jawab pertanyaan aku, Dewo itu siapa? Pacar kamu ya?” Tanyanya penuh selidik

“Bukaaaaan, itu temen sekelas.”

“Oh, syukurlah.” Dia menghembuskan nafasnya

“Loh?”

“Kenapa kamu?”

“Gapapa, eh ka ngapain coba telpon malem-malem gini?”

“Mau ngobrol sama kamu lah ai.”

“Apa sih ka? Jangan panggil aku ‘ai’ aku ga suka.”

“Tapi aku suka manggil kamu gitu.”

“Ga mau.”

“Ai, ai, ai, ai, ai, ai.”

*hening*

“Kok diem aja sih?”

“ga tau.”

“Ai, kamu lucu deh. Jangan salahin aku kalau aku makin suka sama kamu.” Dia berbicara rada pelan tapi itu cukup terdengar jelas

“Apa?” Sebenernya aku mendengar, tapi aku bertanya lagi untuk memastikan.

“Ga ada apa-apa, udah malem nih, kamu tidur yah biar besok bangun pagi ga kesiangan lagi. Selamat tidur ai.”

“Makasih.”

            Sambungan telponnya sudah diputuskan,  aku berbaring dikasur berhenti belajar. Aku menatap langit-langit kamar, entah perasaan ku menjadi berdegup seperti ini setelah mendengar ucapan Kak Raya tadi. Tidak sadar malam pun bertambah larut, hingga akhirnya aku memutuskan untuk tidur.

            Hari ini aku bangun lebih pagi, sampai-sampai ibu saja heran. Bisaanya, aku selalu bangun terakhir. Tentu saja urutan pertama ditempati oleh ibu, lalu ayah, dan yang ketiga Kak Damar. Pagi ini aku menempati urutan kedua, hahaha itu awal yang baik untuk hari ini.

            Pukul 6.15 aku sudah berangkat sekolah, padahal aku masuk pukul 7.00 tapi tak apalah mungkin awal yang bagus akan dimulai. Hari ini aku memutuskan untuk berangkat sekolah naik angkutan umum, padahal tadi Kak Damar mau mengantarku menggunakan motor kesayangannya.

            Setelah 15 menit, akhirnya sampai juga di sekolah. Sekolah sudah mulai ramai, oh iya disekolah ku biasanya tiap pagi guru piket suka berdiri depan gerbang dan memeriksaa kerapihan muridnya. Banyak murid yang kena hukum karena tidak memakai dasi, ikat pinggang, atau yang lainnya. Malah yang lebih parah, waktu itu sampai ada guru yang memotong rambut anak laki-laki karena rambutnya sudah terlihat gondrong. Jujur, aku tidak suka. Soalnya aku paling malas pakai dasi, jadi kalau ada guru aku harus cepat-cepat pakai dasi dan setelah salaman dengan guru, aku masuk kekelas lalu melepas dasinya. Peraturan sekolah memang menyusahkan.

            Aku masuk kelas, ternyata Angel sudah datang lebih dulu daripada aku. Dia memang rajin, kalau urusan berangkat sekolah. Aku duduk tepat disampingnya, dia yang tadinya sedang memainkan ponselnya berhenti. Lalu memberikan ku sebuah kotak kecil yang terbungkus dengan kertas kado.

“Nih rin, buat kamu.” Dia memberikan kotak itu, “Aku ga tau itu dari siapa.”

“Loh kok?”

“Tadi pas aku buka pintu rumah, ada kotak ini. Aku kira sih ini hadiah dari Kak Hengki, eh tau-taunya bukan. Dari siapa sih rin?” Jelas Angel

“Kan ini baru kamu kasih, aku mana tau ini dari siapa?.”

            Aku membuka kadonya, jujur sebenernya aku takut dengan apa yang ada didalamnya. Ditambah aku juga bingung, kalau misalnya kado ini buat aku kenapa dikasih ke Angel? Kan bisa langsung ke aku.

            Kadonya terbuka, ada jam weker berbentuk bulat dengan gambar superhero Captain Amerika didalamnya. Disampingnya, ada sepucuk surat berwarna senada dengan gambar yang senada pula.  Segera aku langsung membuka surat itu.

“Hei Ai, kamu pasti bingungkan sama kado ini? Sama aku juga bingung, kenapa bisa kasih ini ke kamu. Oh iya aku tau, aku ngasih ini ke kamu supaya kamu bisa bangun pagi terus. Kan ada yang bilang ‘jangan bangung siang-siang, nanti rezekinya dipatok ayam.’ Aku ga mau rezeki kamu dipatok ayam, nanti kamu kesakitan, terus ga suka sama ayam. Padahalkan aku sukanya makan ayam.”

Raya

            Kak Raya? Aku tertawa membaca surat yang dia buat. Angel yang membacanya bersama ku pun tak kalah tertawanya.

“Ga nyambung rin tulisannya.” Katanya di sela ketawa yang masih menyisa

“Iya, dia itu kenapa yaa?”

“Kata Kak Hengki, Kak Raya itu emang aneh dari sananya hahaha.”

“Hahaha.” Aku pun tertawa “Kak Raya aneh.”

“Kok jam weker ya? Apa yang salah sama kamu coba rin?”

“Jadi gini, waktu itu aku telat terus ga sengaja ketemu sama Kak Raya, dan sekarang dia ngecap aku suka telat deh.”

“Hahahaha, ga masuk akal.”

“Emang.”

            Bel pelajaran berbunyi, murid-murid langsung duduk dan kelas pun disiapkan. Sekarang waktunya pelajaran seni, aku tidak suka pelajaran ini, apalagi sekarang pelajaran menggambar, gambar ku itu jelek. Kayanya aku ga punya bakat dibidang ini. Sedangkan Angel, sangat jago gambar, kayanya aku dan angel mempunyai perbedaan yang cukup nyata juga. Tak terasa bel istirahat berbunyi, perut ku rasanya sudah laper sekali.

            Aku jalan ke kantin sendiri, murid-murid sedang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Ada yang ngerjain PR, makan, ngobrol, bercanda, pokoknya kantin ini ramai sekali.

            Tadi ketika lewat di gerombolan anak kelas 12, mereka terkesan galak-galak, seperti biasa anak kelas 12 selalu merasa benar, bajunya sudah mulai kekecilan-atau mungkin memang sengaja dikecilkan-, roknya ngatung dan ketat, dan mengobrol dengan suara yang lantang. Padahal aku yakin, ga ada yang mau mendengar omongan mereka.

            Aku langasung memesan bakso Pakde Ndut yang mempunyai cita rasa khas, dan menjadi favorit ku. Aku duduk di meja panjang, tempat biasa anak kelas 10 ngumpul. Di sebelah ku ada 2 cewe yang ngobrol tentang ulangan fisika tadi, pasti itu sulit. Sabar ya, aku makanya masuk IPS agar aku jauh-jauh dari pelajaran yang menyusahkan seperti itu.

“Neng ini baksonya.” Pakde Ndut dateng dengan semangkuk bakso yang aromanya membuatku tambah lapar.

“Makasih.” Aku segera memakannya, emh rasanya luar biasa. Aku suka!

            Kamu pasti penasaran kan dengan kenikmatan bakso pakde Ndut? Aku kasih tau ya, raasanya itu luar biasa. Pokoknya makanan favorit aku banget. Kamu mau cari dipenjuru dunia juga ga ada yang bisa nandingin.

“Ini minum kamu.” Ucap seseorang, menganggu suasana makan ku yang nikmat. Kamu pasti tau itu siapa. “Lebih enak kalau pake es kelapa.”

“Makasih” Aku sebenernya kesel, tapi entah kenapa ada yang menahan ku agar tidak marah.

“Kadonya udah sampe?” Dia duduk persis di depan ku.

“Udah.”

“Kamu suka ga?”

“Lumayan.”

“Kok jawabnya singkat banget?”

“Aku lagi makan.”

“Ya udah aku tungguin abis, biar jawabnya bisa panjang.”

            Dia duduk, tangannya menopang dagu memperhatikan ku, aku risih dilihatin kalau lagi makan. Tapi biarlah, dia sedang diam ini tidak banyak bicara. Kak Raya, aku heran dengan dia. Padahal aku udah jutek banget sama dia, tapi masih aja dia sering mengganggu. Aku menyelesaikan makanan ku, dengan sigap dia langsung duduk tegak melihatkan bawa dia masih tetap menunggu dengan sabar.

“Akhirnya selesai juga, aku hampir buluk nunggu kamu.”

“Emangnya ada apa ka?”

“Kado yang aku kasih udah sampe?” Tanyanya untuk yang kedua kali.

“Udah.” Jawab ku singkat.

“Aku bingung mau ngasih apa ke kamu ai, terus pas aku liat jam itu aku suka, aku ga tau sih kamu suka atau engga.”

“Aku kan ga minta apa-apa.”

“Tanpa perlu kamu minta, aku mau ngasih yang terbaik buat kamu ai. Ya anggep aja itu hadiah perkenalan hehehe.”

“Emhhh, hadiah perkenalan yang bagus. Makasih ka.”

“Kamu suka? Nanti kalau kamu suka akan ada hadiah-hadiah selanjutnya.”

“Ga usah, buang-buang uang tau. Oh iya, kenapa ngasihnya ke Angel? Kenapa ga langsung ke aku?”

“Kamu galak,lagian aku ga tau rumah kamu. Sedangkan rumah Angel, Hengki tau ada dimana.”

“Aneh dasar.”

“Itu keahlian ku.”

--oo--